time??

Jumat, 04 Desember 2009

Sakit dan Ibadah

Selayaknya seorang muslim tidak kehilangan kesempatan melakukan amal kebajikan, ibadah dan aktivitas keseharian yang bermanfaat, dalam kondisi apapun, saat sehat, atau ketika sakit. Mungkin hanya ragam aktivitasnya saja yang sedikit berubah, namun nilai dan manfaatnya usahakanlah untuk tetap optimal.

Tidak sedikit orang yang merasa putus asa ketika sakit, kemudian kehilangan semangat, seolah sakit itu adalah masa penantian belaka; menuju kesembuhan atau ke liang kubur.

Bagu seoranf muslim, sakit adalah kesempatan, sebagaimana sehat dan hidup adalah kesempatan. Saat sakit, seorang muslim memiliki kesempatan yang tidak kurang bernilai dibandingkan dengan waktu sehat. Mungkin, ada aktivitas lahiriah yang tidak bisa dilakukan saat sakit, seperti bekerja mencari nafkah yang membutuhkan energi dan kekuatan. Tapi, disaat sakit seorang muslim memiliki kesempatan 'lebih' untuk beribadah. Bahkan untuk banyak jenis ibadah yang kala sehat seringkali terabaikan.

Salah satu amalan yang tidak harus berkurang saat seseorang sedang sakit, bahkan seyogianya semakin meningkat dan bertambah, adalah berdzikir.

Allah berfirman dalam Q.S.Ali Imran:191
"(yaitu)orang-orang yang menginagt Allah sambil beridir atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): " Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Berdzikir kepada Allah, sambil merenungi segala ciptaannya, saat sedang sakit, justru menjadi sebuah aktivitas yang produktif. Efektif untuk menggali potensi diri, potensi iman, dan potensi alam berpikir dan perenungan, sehingga dapat membuahkan hasil pemikiran dan temuan-temuan yang hebat. Bahkan proses dzikir dan berpikir dalam kondisi sakit seringkali lebih efektif ketimbang waktu sehat. Sakit "memaksa" seorang hamba lebih meningkat rasa berharapnya kepada Allh, juga kekuatan tawakalnya kepada-Nya. Bila banyak karya hebat bermunculan daripara pemikir dan ulama saat berada dalam penjara, dan itu karena banyaknya waktu luang, maka tidak sedikit pula karya dan hasil pemikiran yang terbentuk saat para ulama dan cerdik cendekia itu mengalami sakit.
Saat sakit seseorang juga memiliki kesempatan lebih banyak untuk berdoa. doa, yang menjadi senjata seorang mukmin, seringkali dilupakan, hanya diingat saat kebutuhan mendesak. Di saat sakit itulah seorang muslim bisa melatih diri untuk banyak-banyak berdoa. Karena Allah SWT tidak pernah membenci hamba-Nya yang banyak berdoa, namun justru semakin menyukai dan mencintai mereka.

Di saat sakit, seorang muslim juga bisa memupuk rasa syukurnya terhadap karunia sehat. Kata orang, manusia itu baru bisa mengetahui karunia penglihatan, bila matanya sedang sakit. Hal itu wajar-wajar saja. Namun hendaknya rasa syukurnya itu terus dipoles dan dikembangkan, menjadi sebuah obsesi kuat, untuk mengoptimalkan segala karunia Allah pada dirinya, bila suatu saat ia sembuh dari penyakitnya. Sebatas tekad saja sudah berniali kebaikan. Bila sempat dia lakukan, lalu membanjirlah pahala Allah untuknya karena kebaikannya itu, ia pun bersyukur bahwa Allah telah "menghadiahkan" sakit kepadanya sehingga menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Judul Buku : Tetap Bahagia di Saat Sakit
Penulis : Abdul Muhsin bin Zainuddin bin Qasim
Penerbit : Rumah Dzikir Solo

0 komentar:

Posting Komentar